Misi || Visi || Tujuan Sman 1 Dramaga

SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Foto Guru-Guru SMAN 1 Dramaga

Foto ini di upload pada tanggal 22 maret 2014 di halaman SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Call To Actions

SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Juara Karate Ciomas Cup 2014

Dika Arya N Juara 1, Sindi Mutia Juara III, Muhmmad Mahmudin Juara 1 SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Foto Ujian Praktek Bahasa Jepang

SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Mendidik adalah kewajiban setiap orang terdidik. Berhenti mengeluh tidaklah cukup. Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Jumat, 20 Januari 2012

Hai, Perkenalkan ! Namaku Sekolah

Hai, perkenalkan! Namaku Sekolah.

Orang yang jauh di sana menyebutku sekolah pelosok. Pelosok? Hmm, setidaknya begitulah nama yang diberikan orang kota untuk menyebut suatu tempat yang mereka tak tahu. Yang jarang muncul atau disebut-sebut di sinetron. Tapi tak apalah.

Sekali lagi, perkenalkan, namaku Sekolah. Sedikit aku ingin berbagi cerita tentang biodata-ku. Heh, jangan tertawa! “Biodata” adalah kata pertama yang aku pahami ketika sekolah ini berdiri. Dulu ada papan besar dengan tulisan “BIODATA MURID” di dinding ruang kepala sekolah. Waktu pertama berdiri di tahun 1980, papan biodata itu dipenuhi nama-nama anak kecil di kampung ini. Semuanya kukenal. Yang paling aku kenal tentu saja Rahmi yang kini jadi guru di sekolahku. Dari Si Rahmi lah aku jadi paham betapa menyedihkannya keadaanku, sekolah satu-satunya di desa ini. Kadang selepas bubaran kelas, Rahmi sering terlihat capai dan muram. Sudah lama ia mengajar sendiri di sekolahku. Guru lain kadang datang kadang tidak.

Dulu sempat ada guru yang datang, namun memilih untuk meninggalkanku untuk lebih memilih mengajar di sekolah kota yang lebih baik. Rahmi bertahan di sini, karena ia tak ingin anak-anak dikampungnya tak sekolah dan tak mengenalku. Hah, keadaanku memang tak meyakinkan. Aku berdiri sendirian di sini tanpa teman gedung lainnya. Tak ada lapangan bagi murid untuk latihan. Hanya ada pohon-pohon yang hampir sama tuanya denganku. Tak ada gedung perpustakaan. Lantaiku kayu ulin yang kuat yang dulu sengaja diangkut dari hulu sungai, dikerjakan bersama-sama oleh warga. Namun dindingku sudah lama reyot. Langit-langitku sudah berlubang di sana sini. Kalau hujan aku akan masuk angin seketika. Rahmi sedang sedih dan akupun begitu. Aku sungguh tak percaya diri.

Namun, keadaan menjadi berbeda. Entahlah, namun itulah yang kurasakan. Ketika seorang guru baru datang ke sekolahku. Memperkenalkan dirinya dengan sebutan Pemuda Biasa. Selain masih sangat muda, ia juga terlihat bersemangat. Ia menyentuh dinding-dindingku ketika pertama kali datang. Ia memeriksa tiap senti dari ruanganku. Mengukur-ukur. Dan kemudian, untuk pertama kalinya mengajakku berbicara. “Apa kabarmu?” tanyanya pelan kepada sebuah pintu di ruang guru. Pintuku. Aku menggerakkan sedikit pintuku, memberi tanda bahwa aku sedang payah. Ia tersenyum dan kemudian kembali ke kelas.

Tiba-tiba saja di minggu-minggu berikutnya, aku menjadi topik yang paling sering dibicarakan di kampung. "Sekolah...sekolah!" Anak-anak tak henti-henti meneriakkan namaku setiap pagi sebelum orang tua mereka beranjak ke kebun atau sawah. Bentukku tak bertambah baik, tetap banyak lubang di sana sini, namun aku merasa lebih bahagia. Lebih hangat, sehangat Rahmi yang kini juga ketularan semangat si Pemuda Biasa.

Aku menjadi bahagia bukan karena secara fisik aku jadi lebih baik. Aku bahagia karena aku semakin luas. Aku tidak lagi sebatas ruang-ruang sempit ini, atau ruang perpustakaan imajiner yang selalu kubayangkan. Aku yang sekarang adalah bangunan kayu ini, dan sungai yang mengaliri kampung, aku juga sawah dan pohon-pohon di hutan. Aku juga rumah penduduk yang kini menyimpan buku-buku. Aku juga pasar waktu anak-anak kampung keluar kelas diajak Pemuda Biasa untuk belajar mengenal uang di pasar. Aku juga kantor pos waktu anak-anak belajar mengirim surat pertama kalinya. Hah, tiba-tiba aku jadi luas sekali. Aku menjadi luar biasa. Aku juga laut yang jaraknya bermil-mil dari kampungku karena Pemuda Biasa sempat mengajak anak-anak kampung membuat layangan di sana waktu pelajaran IPA. Tiba-tiba aku bahagia. Bahagia Hah, tak terasa sudah hampir setahun si Pemuda Biasa itu di sini. Menemaniku dan membangkitkan kepercayaan diriku. Di suatu sore yang mendung, ia sempat membisikiku sesuatu.

Berikut bisiknya:

“Kau tahu sekolah,...” ia memanggil namaku.
“Sekolah di kota-kota, saudaramu itu sangat iri sebenarnya denganmu.”
Aku diam. Bagaimana mungkin aku lebih baik dibanding teman-temanku yang kaya itu.
“Kau punya semuanya sekarang. Kau punya laboratorium biologi terlengkap di hutan-hutan sana.”
“Kau punya lapangan olahraga yang luasnya dua kali lapangan Senayan di Jakarta sana.”
Aku diam. Ingin sekali aku membalas racauannya, namun sesuai dengan janjiku ketika pertama kali dibangun dulu, bahwa aku tidak akan berbicara langsung ke manusia. Aku diam sambil menggoyang sedikit jendela kelas satu.
“Murid-muridmu punya aku, guru yang secara intensif melatih mereka membaca dan berhitung. Mengenal angka-angka. Punya guru privat yang kadang bersedia diganggu hingga malam.”
Aku hendak menangis.
“Kau punya anak-anak kampung yang tiap pagi mengelu-elukanmu.”
“Kau punya buku-buku yang sebagian besar kau titipkan ke rumah kepala desa.” Aku tak kuat. Aku ingin menangis. Atap-atap seng-ku kugetarkan hingga menimbulkan suara gaduh.
“Aku hanya setahun di sini. Besok, penggantiku datang. Ia melanjutkanku. Bukan menggantikan. Kuharap kau berteman baik dengannya ya!”.
Tangisku tumpah. Badanku gemetar. Aku tahu betul kadang ia sungguh lelah mengajar hingga lupa makan, sering kudengar ia menangis diam-diam di belakang sekolah karena merasa bersalah setelah memarahi murid. Akulah saksi ketika ia hampir putus asa karena ditentang orang tua murid di awal-awal dulu. Ia juga yang kadang menemaniku di malam hari ketika hujan lebat membasahi kampung. Aku tahu betul ketika ia berteriak kegirangan mendapat telpon dari keluarganya. Aku sungguh telah mengingat banyak hal tentang Pemuda Biasa di depanku ini. Kugetarkan dengan hebat, dinding-dinding rapuhku. Aku ingin ia tahu kalau aku sedih ia akan pergi.
Si Pemuda Biasa tetap bertahan, kali ini mendekatkan wajahnya ke dindingku. “Bantu ia! Si Pemuda Biasa baru. Tapi tak apa jika kau kerjai ia sedikit. Bersediakah kau? Sekolahku?”
Aku tak boleh melepas janjiku. Aku tak akan membalas ucapannya. Aku ingin berteriak “Jangan pergi! Jangan pergiii!!!” Namun aku tetap diam tak bersuara.
Si Pemuda Biasa kemudian tersenyum. Matanya basah. Bahagia sekaligus sedih nampaknya. Begitupun aku yang kini diam membeku. Si Pemuda Biasa kemudian beranjak pergi. Mengelus dindingku dengan jari-jarinya yang penuh kapur. Sebelum jauh, akhirnya ku putuskan untuk melanggar janji. Kupastikan hanya dia yang bisa mendengarku. Kukeluarkan semua keberanianku.
“Terima kasih.” Bisikku pelan. Kubuka-kan pagarku dan mempersilahkan Si Pemuda Biasa berlalu. Ia tersenyum. Dan aku tak akan lupa itu.


_Cerita ini saya copas dari situs http://indonesiamengajar.org/kabar-terbaru/namaku-sekolah_

Masih banyak saudara-saudara, adik-adik kita yang berjuang demi sekolah. Harapan saya hanya satu kepada pemerintah, cerdaskanlah anak Indonesia menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai kepribadian, tata krama, dan sosial yang tinggi.

Rabu, 18 Januari 2012

Bakti Sekolah


                Bakti Sekolah
Berhubung sekolah kita yang tercinta ini lagi dalam pembangunan, masih banyak sudut-sudut sekolah yang masih perlu dibenahi. Salah satunya, jalan menuju gedung sekolah kita. Jalan menuju sekolah kami ini masih berbentuk tanah, jadi setiap hujan pasti jadi becek sehingga jalan tersebut menjadi  licin. Siswa-siswi jadi sering mengeluh, karena hampir setiap hari ada-ada saja yang hampir terpleset. Baik yang berjalan kaki, atauupunn yang naik motor.
                Oleh karena itu, anak-anak OSIS/MPK SMA negeri 1 Dramaga kemarin menyumbangkan ide kepada sekolah untuk membenahi jalan menuju gedung sekolah kita tersebut, karena kalau kita menunggu pemerintah untuk membenahi jalan sepertinya tidak dalam waktu yang dekat. Tujuan pembenahan jalan ini jelas, agar seluruh warga sekolah lebih nyaman lagi, dan semoga saja bisa lebih semangat dalam menjalani proses belajar mengajar. Aamiin.
                Setelah berbicara dengan Pembina OSIS dan Kesiswaan, ide kami tersebut ternyata didukung, lebih tepatnya sangat didukung. Kesiswaan pun akhirnya menggerakan seluruh siswa, terutama siswa laki-laki untuk melakukan pembenahan sekolah tersebut.

Ini nih, dokumentasi siswa-siswi yang sedang melakukan, hmm lets call it with, “Bakti Sekolah”

Lagi ngebersihan jalannya dulu...

Ini laki-laki perkasa sedang mengumpulkan batu-batu untuk membetulkan jalan
Batunya terus dibawa sama teman-teman yang lain

Yang ini bagian cangkul-mencangkul nih
Ini yang bagian ngebenerin jalannya
Jangan salah, perempuan juga pada kerja looh ! Emansipasi! hhaha

Lagi break photo-photo duluu :D




Numpang Eksis nih..



















Selain bentuk bakti dan cinta kita pada sekolah, ini juga jadi sarana dalam mendidik siswa-siswi. Bagaimana mereka harus bekerja sama dengan baik, harus sabar, dan saling bahu membahu dalam melakukan sesuatu.

Selasa, 10 Januari 2012

Visi dan Misi Sman 1 Dramaga

PROFIL
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2011/2012


A.Identitas Sekolah


Nama Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Dramaga
Kode Sekolah                                    : 02-003
Status Sekolah                                  : Negeri
NSS/NPSN                                          : 301020230123 /20232377
Status Akreditasi                              : C
Tanggal Berlaku Akreditasi           : 2008 s.d 2012/2013
Alamat Sekolah                                 : Jalan Raya Dramaga KM.07 Kecamatan Dramaga
                                                                  Telp. (0251) 8628158
                                                                  Kode Pos : 16680
Email                                                     : sman1dramaga@yahoo.co.id
Website                                               : sman1dramaga.sch.id
Kurikulum                                           : KTSP

B. Visi


Ø Terwujudnya peserta didik yang berprestasi berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

C. Misi

1.Menumbuhkan budaya membaca bagi warga sekolah
2.Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif
3.Menumbuhkan semangat berprestasi warga sekolah dalam berkarya
4.Meningkatkan prestasi non akademis bagi siswa yang berbakat
5.Meningkatkan saran / prasarana ibadah
6.Mengembangkan partisipasi warga sekolah dan komite sesuai dengan tugas dan fungsi

Selasa, 03 Januari 2012

Ternyata Fenomena Facebook Sudah Disinggung dalam Qur'an 14 Abad Yang lalu !!

Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam. Di salah satu pojok masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang temannya yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al Quran). Diskusi yang berjalan cukup santai namun sarat akan ilmu.


Ahmad adalah seorang mahasiswa salah satu PTS di Jakarta dengan program studi Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat dengan ilmunya. Ahmad selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya matematika. Ahmad sering berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.


Ahmad pun memulai diskusi. “Subhanallah alquran itu bener-bener mukjizat. gw pernah baca di Internet bahwa ternyata kata Yaum (hari) di dalam alquran sebanyak 365 kata sama seperti jumlah hari dalam satu tahun, kata syahr (bulan) disebutin 12 kali sama kayak jumlah bulan dalam satu tahun, sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan jumlah hari per minggu. Belum lagi kata-kata yang berlawan kata. Misalnya ad dunya 115 kali, al akhiroh juga 115 kali. Malaikat 88 kali sedangkan asy syayathin 88 kali juga. Al hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut yang juga 145 kali. Belum lagi angka 19 yang disebutin dalam alquran surat Al Mudatsir ayat 30. Sebetulnya masih banyak tapi mending antum liat di internet aja nafsi-nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key word nya keajaiban angka dalam alquran,” Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri presentasinya.



Tiba giliran Ranid memaparkan pengetahuannya seputar masalah mukjizat Quran. Ranid memang sangat menyenangi diskusi-diskusi tentang kajian Islam berhubung program studi Ranid adalah bahasa Arab yang ia geluti di salah satu Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan memaparkan sepengetahuannya tentang I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.


Setelah mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan hamdalah, serta sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai berkata “Mumtaz! ustadz Ahmad mantep dah penjelasannya, giliran ane ya? Gini jadi mukjizat kalo diliat dari segi bahasa maka secara sederhana dapat diartikan sebagai 'senjata' untuk melemahkan terhadap tantangan dakwah yang ada. Contoh di zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu sihir sedang ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih mukjizat nabi Musa AS 'menyerupai' sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah jadi ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman nabi Isa AS berhubung waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih kepada nabi Isa AS mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di zaman Rasul SAW pada masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang luar biasa Indahnya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat tinggi dan sarat akan nilai sastranya.”


Ranid masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah nantangin mereka kaum kafir untuk buat satu surat saja yang semisal dengan alquran. Coba ente berdua buka Al-Baqoroh ayat 23


'dan jika kamu meragukan Al-Quran yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka buatlah satu surat semisalnya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang yang benar,'


dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah kasih garansi, mereka pasti gak akan mampu ngebuatnya. Pernah ada kisah tentang Musailamah Al-Kadzdzab yang coba-coba buat alquran tandingan. Salah satu suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat gadungan itu ditertawakan banyak orang karena diliat dari sisi bahasa dan maknanya betul-betul jelek. Dan satu hal lagi cuma alquran kitab suci yang bisa dihafal oleh jutaan manusia walaupun manusianya itu sendiri pun tidak mengetahui arti alquran. Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut lengkap sampai titik dan komanya. Subhanallah maha benar Allah dalam firmanNya 'dan sungguh Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan' Al-Qomar ayat 17,” Ranid pun mengakhiri makalah yang dibawakannya.


Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat giliran menjelaskan mukjizat quran berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di Jakarta. Berbeda dengan kedua orang sahabatnya tadi, Ikhwan lajang ini tengah mengerjakan tugas akhir dalam perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi terlebih dahulu kuliah selepas SMA daripada Ahmad dan Ranid yang sempat menunda jenjang akademisnya.


Lengkap dengan stelan kacamata khas para hacker di film Hollywood, Ilmi pun memulai pembicaraannya. “sebenernya ane belum mau mengatakan ini mukjizat atau gak? terus terang ane gak berani. Tapi salah satu point yang pernah ane dengar dalam seminar Qur’an bahwa kenapa Qur’an disebut mukjizat tak lain dan tak bukan adalah karena kebenarannya dalam 'meramal' masa depan. Betul gak Ran?” Ilmi bertanya pada Ranid. Ranid pun mengiyakan pernyataan Ilmi dengan mengaggukan kepala, seolah tak mau kehilangan pemaparan dari Ilmi sahabatnya.


Ilmi melanjutkan “surat al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan bahwa Abu Lahab bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan ketika surat itu turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba antum bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk Islam atau pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan kebenarannya dari dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di situ dijelaskan bahwa Romawi bakalan menang melawan Persia. Dan itu subhanallah terjadi beberpa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang sebelumnya Romawi kalah maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang telak.


Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di surat Al-Fath. Allah memastikan kaum Muslimin akan memasuki Mekkah setelah sekian lama hijrah ke Madinah. Dan subhanallah hal itu terbukti.”


Fenomena Al-Fisbukiyyah dalam Al-Qur'an


“Ah itu mah dari aspek sejarah Mi, coba dari aspek IT sesuai sama studi ente?” Tanya Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss, tenang-tenang ane kan belum selesai jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah berhubung tadi ane bilang ana gak berani nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ane akan bilang ini kehebatan Quran.” Ilmi masih melanjutkan, sementara kedua rekannya Ahmad dan Ranid masih terus diam dan menyimak kata per kata yang akan terlontar dari mulut Ilmi. “ente berdua tau gak, bahwa sejak 1400 tahun yang lalu alquran sudah menyinggung tentang Facebook dan kawan-kawannya?!” Ahmad sang Cagur (Calon Guru) tertegun diiringi dengan tertawa kecil seolah tak percaya statmen Ilmi. Lain lagi dengan Ranid yang masih berpikir dan mencari-cari bahwa apakah benar kata Facebook ada di dalam alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-pola fi’il.


Ilmi meneruskan kembali pemaparannya “Ahmad, coba ente berdua buka surat Al-Ma’arij ayat 19-21


"'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia jadi kikir.'


Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah "Al-Fisbukiyyah" secara umum. Coba ente-ente liat wirid-wirid mereka.


Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip sinetron mendayu-dayu sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul, cantengan, jerawat, sampai ayan di update di status. Cuaca juga gak ketinggalan. Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih panas ngeluh kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum. Masalah duit abis, rezeki seret terus dan terus di suguhkan. Ibadah juga ada beberapa yang dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ane belum menemukan ada orang yang lagi sholat update status 'lagi roka’at dua nih' naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi.


Ahmad dan Ranid pun tertawa dan mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus di ayat setelahnya dikatakan 'apabila dapat kebaikan maka ia kikir.' Ane rasa betul ayat tersebut. Coba ente berdua hitung ada beberapa orang yang update status semisal alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau ditraktir harap tunggu di depan masjid. Kira-kira ada gak status kayak gitu. Giliran dapat rezeki yang melimpah pada pelit gak mau orang lain pada tau, tapi giliran ditimpa musibah di share kemana-mana.”


“Ah, lo iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini Ahmad yang bertanya kepada Ilmi. Ilmi pun menjawab “ane rasa jaim itu perlu, dalam konteks JAIM, Jaga-Iman berkaitan dengan hal malu, ane tidak mengharamkan update status, akan tetapi alangkah baiknya update-nya itu yang baik-baik pokoknya temanya mengajak kebaikan dari quran, hadits, sahabat, ataupun salafush sholih. Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita udah gak malu sama Allah dan tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja hawa nafsumu dan lakukan apa yang kau inginkan.” Jawab Ilmi.


Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat menarik dan mengaitkan surat Al-Ma’arij ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers yang bergentayangan di dunia maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi pengetahuan Ranid pada hari itu. Sungguh Ranid sejatinya sudah sering membaca atau bahkan menghafalkan surat ini. Namun dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini maka alangkah kagetnya ia mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh sahabatnya Ilmi.