Misi || Visi || Tujuan Sman 1 Dramaga

SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Foto Guru-Guru SMAN 1 Dramaga

Foto ini di upload pada tanggal 22 maret 2014 di halaman SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Call To Actions

SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Juara Karate Ciomas Cup 2014

Dika Arya N Juara 1, Sindi Mutia Juara III, Muhmmad Mahmudin Juara 1 SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Foto Ujian Praktek Bahasa Jepang

SMA Negeri 1 Dramaga || Jalan Raya Dramaga Km. 7 Telp. (0251) 8628158. || Kab. Bogor 1680 || NSS 301020230122 || NPSN 20232377

Mendidik adalah kewajiban setiap orang terdidik. Berhenti mengeluh tidaklah cukup. Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Selasa, 14 Februari 2012

Hukum Merayakan Hari Valentine Untuk Umat Muslim

Buat temen temen kita yang muslim mungkin ada yang belum tau mengenai hukum merayakan valentine;
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.
Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita.

Jumat, 10 Februari 2012

Tolong Berikan Aku Baju Seragam, Kak ! (Kisah Nyata)

 Pernah ngerasa hidup kalian itu menyedihkan misalnya hanya gara-gara uang jajan kurang? atau gak di beliin pulsa ? Kalo kalian pernah ngerasain sedih dan sebal luar biasa gara-gara hal-hal speerti itu, silahkan baca surat di bawah ini.
Surat di bawah ini merupakan percakapan surat-menyurat antara anak SMP yang sedang menggunakan gedung SMA kami, dengan anak kelas XII di SMA kami, SMANIDA.
Baca, dan renungkanlah!

Kakak yang duduk disini. Makasih ya! Udah ngebales tulisan aku di meja. Kakak boleh kenalan gak? Nama kaka siapa sih? Kak, aku boleh Tanya sesuatu gak, kakak yang duduk disini punya baju pramuka gak bkas SMP. Soalnya aku lagi butuh baju itu. Semuanya di kelas aku udah pada punya baju pramukanya. Aku kalau beli gak punya uangnya kakak. Baju batik dan olahraga aja aku belum beli. Soalnya ibuku lagi gak punya uang. Padahal aku ngebales lagi tulisan kakak yang ada di meja tapi kakak gak ngebales, mungkin kakak gak tahu. Kalau punya kakak bales aja atau kakak ngomong ke kelas aku. Siapa yang duduk disini. Namaku Rani Septiyani. Tapi kalau kakak gak punya gak apa-apa kok. Aku juga akan berusaha terus dan berdoa kepada Allah Swt, mudah-mudahan keluarga aku di beri rezeki yang banyak. Kakak tolong baca dan bales suratnya ya !


Iya ade sama-sama ^_^,  nama kaka Astri Febriyanti. Hmm, ntar kaka cariin deh baju sama rok pramukanya. Maaf ya, bukannya kaka gak ngebales tulisan kamu, tapi kaka baru liat lagi . hehe.

Dari Rani buat kak Astri yang baik hati . Kak, tolong usahain ya ! soalnya aku udah pinjem dan nyari kemana-mana tapi gak ada. Aku disuruh guruku pake baju pramuka soalnya itu peraturan sekolah. Hari kamis harus pake baju pramuka. Tapi aku belum punya. Semua teman-temanku udah pada punya, tinggal aku ssendirian yang belum punya.
Bales lagi ya, kak ! mudah-mudahan minggu depan aku udah bisa pake baju pramuka, dan mudah-mudahan kakak udah nemuin baju sama rok pramukanya sebelum hari kamis. Hari senin,/selasa,/rabu-asalkan jangan hari kamis kalau hari kamis-kan aku harus pake baju pramukanya. Kalau udah ada baju pramukanya pasti aku seneng banget, jadi aku bisa pake baju pramuka setiap hari kamis. Sekali lagi makasih ya kak, kakak udah perhatian sama aku, udah ngebales surat dariku lagi. Rani doain semoga kebaikan kakak membantu aku di bales oleh Allah Set lebih dari kakak nolongin aku. Amiin …
Coba aja aku punya kakak kya kakak pasti aku udah punya baju pramukanya bekas di smp. Tapi karena aku anak pertama jadi aku belum bisa beli baju . BALESS ..

Ammin ya Allah ya robbalalamin  ..
Ran, kalo baju sama roknya pendek gimana?
Tapi kaka sama temen-temen kakak lagi ngusahain buat beliin yang panjang, karena kemaren kaka liat rani di mushola pake kerudung, jadi kakak usahain buat beliin yang panjang deh ..

 
Makasih ya kak ? Kakak baik.... banget sama aku !
Semoga kakak sama temen-temen kakak di beri rizki yang banyak oleh Alah Swt. Kak, kapan nih di beliinnya? Mudah-mudahan hari senin/selasa udah ada ya, kak ! maafin aku yaa, kalo aku udah nyusahin kakak sama temen-temen kakak. Aku juga suka nangis kalo mau berangkat sekolah ibu aku ga punya uang, ayahku gak kerja karena sakit. Buat beli beras aja ibuku gak punya uang. Tapi aku selalu berdoa kepada Allah, semoga ayah bisa sembuh dan keluargaku di beri rizki yang banyak. Amminn ..


Itulah sekilas, percakapan mereka...
Menyedihkan? Memang. Ironi? Jelas.
Lalu apa yang dapat kita ambil dari kisah nyata di atas? Tentunya yang harus kita garis bawahi adalah BERSYUKUR.
Betapa beruntungnya kita kawan. Kebanyakan dari kita, tidak disibukan untuk memikirkan uang jajan hari ini ada gak ya? Pagi ini bisa makan gak ya? Ada ongkos buat sekolah gak ya? Bayangkan jika setiap hari, selain belajar, kita dipusingkan dengan hal-hal tersebut.
Maka sekali lagi, banyak-banyaklah kita bersyukur. Karena kita berada di keluarga yang mencukupi, bahkan berlebih.
Sekarang juga, ucapkanlah, "Alhamdulillah", bersyukurlah atas segala yang telah kita miliki. Karena selain syukur menambah nikmat, nikmat itu membawa kebahagiaan. :)


#Tentunya kami tidak tinggal diam. Saat ini, kami sedang berusaha untuk membantu sang anak, agar mendapatkan apa yang dia butuhkan. Bagi anda yang juga ingin ikut berpartisipasi dalam membantu sang anak, silahkan comment di catatan ini. Terima Kasih :)

Sabtu, 04 Februari 2012

Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad S.A.W

Hai teman teman punya info nih tentang Maulid nabi,dibaca ya : ^_^
Fakta yang sesungguhnya dari kehidupan Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa tidak ada riwayat yang menyebutkan beliau pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan ritual tertentu. Bahkan para shahabat beliau pun tidak pernah kita baca dalam sejarah pernah mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Hukum Merayakan Maulid Nabi
Mereka yang sekarang ini banyak merayakan Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam seringkali mengemukakan dalil. Di antaranya:
1. Mereka berargumentasi dengan apa yang ditulis oleh Imam As-Suyuti di dalam kitab beliau, Hawi li al-Fatawa Syaikhul Islam tentang maulid serta Ibn Hajar Al-Asqalani ketika ditanya mengenai perbuatan menyambut kelahiran Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau telah memberi jawaban secara bertulis:
Adapun perbuatan menyambut maulid merupakan bid’ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para salafush-shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah. Namun perayaan itu penuh dengan kebaikan dan perkara-perkara yang terpuji, meski tidak jarang dicacat oleh perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya.
Jika sambutan maulid itu terpelihara dari perkara-perkara yang melanggar syari’ah, maka tergolong dalam perbuatan bid’ah hasanah. Akan tetapi jika sambutan tersebut terselip perkara-perkara yang melanggar syari’ah, maka tidak tergolong di dalam bida’ah hasanah.
2. Selain pendapat di atas, mereka juga berargumentasi dengan dalil hadits yang menceritakan bahwa siksaan Abu Lahab di neraka setiap hari Senin diringankan. Hal itu karena Abu Lahab ikut bergembira ketika mendengar kelahiran keponakannya, Nabi Muhammad SAW. Meski dia sediri tidak pernah mau mengakuinya sebagai Nabi. Bahkan ekspresi kegembiraannya diimplementasikan dengan cara membebaskan budaknya, Tsuwaibah, yang saat itu memberi kabar kelahiran Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Perkara ini dinyatakan dalam sahih Bukhari dalam kitab Nikah. Bahkan Ibnu Katsir juga membicarakannya dalam kitabnya Siratunnabi jilid 1halaman 124.
Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin Ad Dimasyqi menulis dalam kitabnya Mawrid as Sadi fi Mawlid al Hadi : “Jika seorang kafir yang memang dijanjikan tempatnya di neraka dan kekal di dalamnya” (surat Al Lahab ayat 111) diringankan siksa kuburnya tiap Senin, apalagi dengan hamba Allah yang seluruh hidupnya bergembira dan bersyukur dengan kehadiran Ahmad dan meninggal dengan menyebut “Ahad”?
3. Hujjah lainnya yang juga diajukan oleh para pendukung Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam adalah apa yang mereka katakan sebagai pujian dari Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani.
Menurut mereka, Ibnu Hajar telah menulis di dalam kitabnya, ‘Al-Durar al-Kamina fi ‘ayn al-Mi’at al-thamina‘ bahwa Ibnu Kathir telah menulis sebuah kitab yang bertajuk Maulid Nabi di penghujung hidupnya, “Malam kelahiran NabiSAW merupakan malam yang mulia, utama, dan malam yang diberkahi, malam yang suci, malam yang menggembirakan bagi kaum mukmin, malam yang bercahaya-cahaya, terang benderang dan bersinar-sinar dan malam yang tidak ternilai.”
4. Para pendukung Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam juga melandaskan pendapat mereka di atas hadits bahwa motivasi Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam berpuasa hari Senin karena itu adalah hari kelahirannya. Selain karena hari itu merupakan hari dinaikkannya laporan amal manusia.
Abu Qatadah Al Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, menjawab, “Itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul.”
Hadits ini bisa kita dapat di dalam Sahih Muslim, kitab As Shiyam (puasa).
Pendapat yang Menentang
Namun argumentasi ini dianggap belum bisa dijadikan landasan dasar pensyariatan seremoni Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Misalnya cerita tentang diringankannya siksa Abu Lahab itu, mereka mengatakan bahwa Abu Lahab yang diringankan siksanya itu pun hanya sekali saja bergembiranya, yaitu saat kelahiran. Dia tidak setiap tahun merayakan kelahiran nabi dengan berbagai ragam seremoni. Kalau pun kegembiraan Abu Lahab itu melahirkan keringanan siksanya di neraka tiap hari Senin, bukan berarti orang yang tiap tahun merayakan lahirnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam akan mendapatkan keringanan siksa.
Demikian juga dengan pujian dari Ibnu Katsir, sama sekali tidak bisa dijadiakan landasan perintah untuk melakukan sermonial khusus di hari itu. Sebab Ibnu Katsir hanya memuji malam hari di mana Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam lahir, namun tidak sampai memerintahkan penyelenggaraan seremonial.
Demikian juga dengan alasan bahwa Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam berpuasa di hari Senin, karena hari itu merupakan hari kelahirannya. Hujjah ini tidak bisa dipakai, karena yang saat dilakukan bukan berpuasa, tapi melakukan berbagai macam aktifitas setahun sekali. Kalau pun mau berittiba’ pada hadits itu, seharusnya umat Islam memperbanyak puasa sunnah hari Senin, bukan menyelenggarakan seremoni maulid setahun sekali.
Bahkan mereka yang menentang perayaan Maulid Nabi ini mengaitkannya dengan kebiasaan dari agama sebelum Islam. Di mana umat Yahudi, Nasrani dan agama syirik lainnya punya kebiasaan ini. Buat kalangan mereka, kebiasaan agama lain itu haram hukumnya untuk diikuti. Sebaliknya harus dijauhi. Apalagi Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menganjurkannya atau mencontohkannya.
Dahulu para penguasa Mesir dan orang-orang Yunani mengadakan perayaan untuk tuhan-tuhan mereka. Lalu perayaan-perayaan ini di warisi oleh orang-orang Kristen, di antara perayaan-perayaan yang penting bagi mereka adalah perayaan hari kelahiran Isa al-Masih, mereka menjadikannya hari raya dan hari libur serta bersenang-senang. Mereka menyalakan lilin-lilin, membuat makanan-makanan khusus serta mengadakan hal-hal yang diharamkan.
Dan akhirnya, para penentang maulid mengatakan bahwa semua bentuk perayaan Maulid Nabi yang ada sekarang ini adalah bid’ah yang sesat. Sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk menyelenggarakannya atau ikut mensukseskannya.
Jawaban dari Pendukung Maulid
Tentu saja para pendukung Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tidak rela begitu saja dituduh sebagai pelaku bid’ah. Sebab dalam pandanga mereka, yang namanya bid’ah itu hanya terbatas pada ibadah mahdhah (formal) saja, bukan dalam masalah sosial kemasyarakatan atau masalah muamalah.
Adapun seremonial maulid itu oleh para pendukungnya diletakkan di luar ritual ibadah formal. Sehingga tdak bisa diukur dengan ukuran bid’ah. Kedudukannya sama dengan seorang yang menulis buku tentang kisah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Padahal di masa Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada perintah atau anjuran untuk membukukan sejarah kehidupan beliau. Bahkan hingga masa salah berikutnya, belum pernah ada buku yang khusus ditulis tentang kehidupan beliau.
Lalu kalau sekarang ini umat Islam memiliki koleksi buku sirah nabawiyah, apakah hal itu mau dikatakan sebaga bid’ah? Tentu tidak, karena buku itu hanyalah sarana, bukan bagian dari ritual ibadah. Dankeberadaan buku-buku itu justru akan membuat umat Islam semakin mengenal sosok beliau. Bahkan seharusnya umat Islam lebih banyak lagi menulis dan mengkaji buku-buku itu.
Dalam logika berpikir pendukung maulid, kira-kira seremonial maulid itu didudukkan pada posisi seperti buku. Bedanya, sejarah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tidak ditulis, melainkan dibacakan, dipelajari, bahkan disampaikan dalam bentuk seni syair tingkat tinggi. Sehingga bukan melulu untuk konsumsi otak, tetapi juga menjadi konsumsi hati dan batin. Karena kisah nabi disampaikan dalam bentuk syair yang indah.
Dan semua itu bukan termasuk wilayah ibadah formal (mahdhah) melainkan bidang muamalah. Di mana hukum yang berlaku bahwa segala sesuatu asalnya boleh, kecuali bila ada dalil yang secara langsung melarangnya secara eksplisit.
Kesimpulan
Sebagai bagian dari umat Islam, barangkali kita ada di salah satu pihak dari dua pendapat yang berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya, tentu saja bukan pada tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling menjelekkan, saling tuding, saling caci dan saling menghujat.
Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, suka atau tidak suka, memang telah kita warisi dari zaman dulu. Para pendahulu kita sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.
Sementara di masa sekarang ini, sebagai umat Islam, kita justru sedang berada di depat mulut harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan sesamasaudara kitasendiri, hanya lantaran masalah ini.
Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.